Pangkalan Bun – Kalimantan Tengah

Pangkalan Bun adalah kota paling prospektif di Kalteng, saat ini ada penerbangan langsung dari Jakarta dengan pesawat Jet jenis BAE (penumpang sekitar 100 orang), aku perhatikan load pesawat Jakarta-Pangkalan Bun cukup tinggi setiap harinya.` Ada juga penerbangan ke Semarang, ke Banjarmasin (transit di Sampit) dan ke Pontianak (transit di Ketapang) menggunakan pesawat jenis ATR (isi kira2 50 penumpang), pelabuhan penumpang ada di Kota Kumai (sekitar 12 km dr Pkl Bun) dg kapal Pelni (penumpang 1.500 orang) dan juga dg kapal ferry roro (roll on roll off) yang selain membawa penumpang juga mampu mengangkut kendaraan roda empat. Kapal Senopati Nusantara adalah ferry jenis roro yg tenggelam beberapa waktu yg lalu, berangkat dr Pelabuhan Kumai. Kondisi perkembangan transportasi tsb merupakan indikator bahwa aktivitas ekonomi di Pangkalan Bun sangat besar. Selama 15 tahun saya tinggal di pangkalan bun, jarang saya menemui pengemis, pengamen atau becak. Lokasinya yg sangat dg Jawa maka tidak heran jika bupati Pangkalan Bun (Ujang Iskandar) pernah berseloroh ke saya bahwa Pangkalan Bun adalah Semarang Utara.

Pedagang di Pasar umumnya adalah pendatang dari Jawa (pedagang pakaian dan kelontong), sedangkan pedagang sayuran mayoritas dari Madura. Tidak heran jika bahasa jawa dan madura banyak didengar di pasar-pasar. Penduduk setempat terbagi dalam dua kelompok besar yakni Melayu dan Dayak. Untuk yang di sekitar perkotaan maupun yang bertempat tinggal ditepi sungai umumnya adalah suku Melayu, suku melayu umumnya beragama Islam. Sedangkan suku Dayak umumnya tinggal di daerah pedalaman (kecuali yang sdh berpendidikan tinggi umumnya membaur di kota). Suku Dayak umumnya beragama Hindu Kaharingan dan sebagian lain Kristen. Ada juga beberapa yg sdh menganut Islam. Nama-nama kelurahan di Pangkalan Bun pun hampir identik dengan mayoritas suku yang tinggal di situ; misalnya Kel. Madurejo (Madura), Kel. Mendawai (Melayu Mendawai), Kel. Raja (Melayu Banjar), kel. Sidorejo (Jawa), Pasir Panjang (Dayak), dan Kampung Baru (campuran).
Tempat wisata yg dominan adalah Pantai Kubu dan Taman Nasional Tanjung Puting (suaka orangutan). Ada juga wisata budaya seperti Istana Kuning, Masjid dan Makam Kiai Gede di Kotawaringin Lama, rumah dan budaya Dayak, dll.

SOSIAL BUDAYA
Social Culture

Event Tahunan/ Annual Events

Pawai Budaya Nasi Adat
Nasi Adat Cultural Parade

Pawai Budaya Nasi Adat (Nasi Tumpeng Kuning dengan hiasan khas) dilaksanakan di Kabupaten Kotawaringin Barat setiap tahunnya untuk memeriahkan peringatan hari jadi lahirnya Kabupaten Kotawaringin Barat yang jatuh pada tanggal 3 Oktober. Pawai ini diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat yang mencakup desa/kelurahan dan kecamatan masing-masing serta didukung oleh seluruh pemerintah atau instansi se-KAbupaten Kotawaringin.
nasi adab2 ns adab

Dayung/Rowing

Lomba dayung sampan ini merupakan salah satu acara yang dapat dinikmati oleh para wisatawan dan juga merupakan salah satu acara yang ikut memeriahkan dalam rangka hari jadi Kabupaten.
Lomba Dayung

Sumpit/Blowpipe Shooting

Seperti halnya lomba dayung sampan, lomba sumpit juga merupakan salah satu acara yang dilaksanakan dalam rangka memeriahkan hari jadi daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
lomba sumpit

 

 

 

 

 

 

Tari-tarian/Dances

Tarian “ KEMBANG PANDAN” merupakan salah satu tarian yang bisa dinikmati dalam acara hari jadi daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. Tarian ini berasal dari daerah pedalaman Dayak Kotawaringin Barat.

Tarian “BAGONDANG” merupakan tarian adata yang dilakukan untuk menerima tamu-tamu kehormatan.

Tarian “MANUNGGAL” juga merupakan tarian yang berasal dari pedalaman yaitu tarian yang menggambarkan menanam padi secara bergotong royong.
Tarian “KIPAS DAYUNG” merupakan tarian yang dibawakan oleh putrid-putri Dayak Kotawaringin Barat.
Seni Tari Seni Tari

 

Makanan Khas Pangkalan Bun

soto manggala

Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng, pada hari ulang tahunnya ke-50 akan membuat catatan di Muri dengan menyajikan 8 ribu mangkuk soto manggala. Kegiatan yang akan dilaksanakan pada 3 Oktober tersebut akan diikuti upaya mematenkan soto manggala sebagai makanan khas Kobar.

“Pertama, kita akan mengelar 8 ribu mangkuk soto manggala sepanjang 2,1 kilometer di Jalan Pangeran Antasari, Pangkalan Bun. Langkah selanjutnya, kita akan patenkan makanan ini sebagai makanan asli daerah Kabupaten Kotawaringin Barat,” kata Bupati Kobar Ujang Iskandar di Pangkalan Bun, Rabu (30/9).

Ujang mengatakan, untuk mewujudkan rekor ini, semuanya dilaksanakan atas partisipasi masyarakat dengan dukungan seluruh desa dan kelurahan di enam kecamatan yang ada di Kobar.

“Pelaksanaannya ini 70 persen atas partisipasi masyarakat di enam kecamatan. Dan kita persilakan masing-masing kecamatan melibatkan masyarakatnya hingga level RT,” kata Ujang.

Selanjutnya, setelah ditetapkan sebagai penyajian soto manggala terbanyak, maka seluruh anggota masyarakat yang hadir dalam acara rekor itu dipersilakan menikmati soto manggala secara gratis.

“Nanti kita persilakan kepada siapa saja yang hadir untuk menikmatinya. Semuanya gratis,” kata Ujang.

Soto manggala sebetulnya sama seperti soto pada umumnya. Yang menjadi ciri soto itu ialah ubi kayu yang menggantikan posisi nasi. Orang Kobar menyebut ubi kayu dengan nama manggala.

Sebagai daerah kunjungan wisata di Kalimantan Tengah, rekor ini diharapkan memperkenalkan soto manggala kepada wisatawan lokal maupun asing. Dalam waktu dekat, Kobar juga menjadi tempat tujuan wisata Indonesia 2009.

“Rekor Muri penyajian manggala terbanyak ini merupakan langkah awal kita mengenalkan soto manggala, paling tidak kepada masyarakat Kalteng,” kata Ujang.

Rekor Muri juga sebagai upaya menjaga khasanah budaya daerah Kobar, sekaligus pemperkenalkan lebih luas Kobar sebagai daerah kunjungan wisata melalui makanan khasnya.

Wisata

Taman Nasional Tanjung Puting adalah sebuah taman nasional yang terletak di semenanjung barat daya provinsi Kalimantan Tengah.

Tanjung Puting pada awalnya merupakan cagar alam dan suaka margasatwa dengan luas total 305.000 ha yang ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 13 Juni 1936. Selanjutnya pada tanggal 12 Mei 1984 oleh Menteri Kehutanan, Tanjung Puting ditetapkan sebagai Taman Nasional luasnya menjadi 415.040 ha.

Secara geografis terletak antara 2°35′-3°20′ LS dan 111°50′-112°15′ BT meliputi wilayah kecamatan Kumai di Kotawaringin Barat dan di kecamatan Hanau serta Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan.

Taman Nasional Tanjung Puting di kelola oleh Balai Taman Nasional Tanjung Puting, sebuah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan (Info Lebih Lanjut klik Situs Resmi Balai Taman Nasional Tanjung Puting

Taman Nasional Tanjung Puting merupakan lokasi pertama di Indonesia sebagai pusat rehabilitasi orangutan. Terdapat tiga buah lokasi untuk rehabilitasi orangutan yaitu di Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, dan Camp Leakey.

Orangutan Kalimantan mempunyai bulu kemerah-merahan gelap dan tidak memiliki ekor. Sejalan dengan pertumbuhan usianya, jantan dewasa mengembangkan pipinya hingga membentuk bantalan. Semakin tua, bantalan pipinya semakin besar sehingga wajahnya terkesan seram.

Taman Nasional Tanjung Puting ditetapkan UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977 dan merupakan Sister Park dengan negara Malaysia.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:Tanjung Harapan. Merupakan stasiun pertama dalam proses rehabilitasi orangutan. Lokasi ini berada di hutan sekunder dan hutan rawa yang dilengkapi dengan wisma tamu, pusat informasi dan jalan trail.
Pondok Tanggui. Orangutan tersebut tetap diamati secara tertutup dan dihindari kontak dengan manusia.
Camp Leakey. Didirikan pada tahun 1971, berada di hutan primer dan merupakan tempat dari beberapa orangutan yang setengah liar sampai liar dan dari yang baru dilahirkan sampai usia tiga tahun (raja tua).
Natai Lengkuas. Stasiun penelitian bekantan dan pengamatan satwa lainnya melalui sungai.
Sungai Buluh dan Danau Burung. Pengamatan satwa burung terutama burung migran.
Atraksi budaya di luar taman nasional:

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Kompetisi Tradisional Rowing pada bulan Mei di Pangkalan Bun

Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d September setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi :

Cara pencapaian lokasi: Jakarta-Semarang- Pangkalan Bun (plane) atau dengan kapal laut Semarang-Pangkalan Bun. Dengan kendaraan darat dari Pangkalan Bun ke Kumai sekitar 20 menit (8 km). Selanjutnya dari Kumai ke Tanjung Harapan menggunakan klotok selama 1,5-2 jam, atau Kumai – Natai Lengkuas selama 4 – 5 jam. Menggunakan perahu cepat dari Kumai – Tanjung Harapan selama 0,5 – 1 jam, dari Kumai – Camp Leakey selama 1,5 – 2 jam, dan dari Kumai ke Natai Lengkuas selama 1,5 – 2 jam.

Kantor: Jl. HM Rafi’i Km 2
Pangkalan Bun,
Kota Waringin Barat 74181
Kalimantan Tengah
Telp./Fax. : (0532) 23832

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982
luas 300.040 hektar
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 587/ Kpts-II/1996 luas 415.040 hektar
Ditetapkan —
Letak Kabupaten Kotawaringin,
Provinsi Kalimantan Tengah
Temperatur udara 22° – 33° C
Curah hujan Rata-rata 2.400 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 100 meter dpl
Letak geografis 2°33’ – 3°32’ LS, 111°42’ – 112°14’ BT

sumber http://humakajang.wordpress.com/2011/04/03/kota-manis-pangkalan-bun/ http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_puting.htm

 

Leave a comment